Faktor Risiko Kejadian Stunting pada Anak Usia 12 – 60 Bulan

Authors

  • Roma Yuliana Universitas Indonesia

DOI:

https://doi.org/10.63953/vjkm.v1i1.5

Keywords:

BBLR, ASI Eksklusif, Riwayat Infeksi, Stunting

Abstract

ABSTRAK

Masalah stunting di Indonesia tergolong dalam kategori berat dengan prevalensi 30,8% selama tahun 2018 sehingga perlu adanya program penanggulangan. Tanggamus merupakan kabupaten dari Provinsi Lampung dengan prevalensi stunting tertinggi dari 15 kabupaten lainnya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor risiko kejadian stunting pada balita usia 12-60 bulan di wilayah kerja Puskesmas Sumanda, Kecamatan Pugung, Kabupaten Tanggamus. Desain penelitian ini adalah kasus kontrol dengan sampel 70 anak berusia 12-60 bulan. Sampel terdiri dari 35 kasus dan 35 kontrol yang  diambil dengan cara simple random sampling. Kedua kelompok tersebut diwawancara menggunakan kuisioner yang sama. Hasil uji chi square menunjukkan bahwa BBLR (p=0,026,OR= 6,60), ASI Eksklusif (p=0,017,OR=3,69) dan riwayat infeksi (p=0,037,OR=3,62)berhubungan dengan stunting. Sedangkan uji regresi logistik ganda menunjukkan riwayat BBLR ditemukan sebagai faktor yang paling dominan terhadap stunting (OR=5,70). Dapat disimpulkan bahwa BBLR, ASI Eksklusif dan riwayat infeksi berhubungan dengan kejadian stunting. Diharapkan kepada Pusat Kesehatan Masyarakat dan petugas kesehatan untuk memantau status kesehatan ibu hamil dan mengontrol perkembangan balita agar kejadian stunting dapat dicegah.

ABSTRACT

The problem of stunting in Indonesia is classified as severe with a prevalence of 30.8% during 2018. Hence, a prevention program is needed. Tanggamus is a district in Lampung Province with the highest prevalence of stunting than other 15 districts. This study was conducted to determine the risk factors for stunting in toddlers aged 12-60 months in the Sumanda Health Center working area, Pugung District, Tanggamus Regency. A case-control study was conducted in the Sumanda Health Center working area in 2019 with 70 children aged 12–60 months. The sample consisted of 35 cases and 35 controls taken by simple random sampling. Both groups were interviewed using the same questionnaire. The results of the chi square test showed that low birth weight (LBW) (p = 0.026, OR = 6.60), exclusive breastfeeding (p = 0.017, OR = 3.69) and a history of infection (p = 0.037, OR = 3.62) were associated with stunting. While the logistic regression test showed a history of LBW was found as the most dominant factor in stunting (OR=5,70). It can be concluded that LBW, exclusive breastfeeding and a history of infection are associated with stunting. It is hoped that the Community Health Center and health workers will monitor the health status of pregnant women and control the development of children under five so that stunting can be prevented.

References

(TNP2K) TNPPK. Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting 2018-2024. 2018;(November):1–32. Available from: http://tnp2k.go.id/filemanager/files/Rakornis 2018/Sesi 1_01_RakorStuntingTNP2K_Stranas_22Nov2018.pdf

Abuya BA, Ciera J KME. Effect of mother’s education on child’s nutritionalstatus in the slums of Nairobi. BMC Pediatr. 2012;

Adriani, M. WB. Gizi dan kesehatan balita. Jakarta: Kencana; 2014.

Anshori H. Faktor Risiko Kejadian Stunting Pada Anak Usia 12-24 Bulan (Studi di Kecamatan Semarang Timur). Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang; 2013.

Destarina R. Faktor Risiko Anemia Ibu Hamil Terhadap Panjang Badan Lahir Pendek Di Puskesmas Sentolo 1 Kulon Progo D.I.Yogyakarta. Gizi Indones. 2018;41(1):39.

Ermiati dan Ira Kartika. Perilaku Makan Berdasarkan Praktik Budaya Sunda Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Griya Antapani Bandung Tahun 2017. STIKes Dharma Husada Bandung; 2017.

Febrina Y. Faktor Risiko Kejadian Stunting pada Bayi Baru Lahir di RSUD Wonosari Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016. Skripsi [Internet]. 2017;1–85. Available from: http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1581/

Fikawati S, Syafiq A, Karima K. Gizi Ibu dan Bayi. 1st ed. Jakarta: PT Grafindo Persada; 2018.

Fitri. Berat Lahir Sebagai Faktor Dominan Terjadinya Stunting Pada Balita (12–59 Bulan) Di Sumatera (Analisis Data Riskesdas 2010). Phot J Sain dan Kesehat. 2013;4(1):77–88.

Gibney MJ. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC; 2009.

Hidayah F. ASI Eksklusif sebagai Faktor Risiko Kejadian Stunting Pada Anak Usia 6-24 Bulan di Kota Yogyakarta. Universitas Gajah Mada; 2013.

Khusbu Y, Satyam P. Maternal Anemia in Pregnancy. Ijppr. 2015;4(3):164–79.

Larasati NN. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stunting Pada Balita Usia 25-59 bulan di Posyandu Wilayah Puskesmas Wonosari II Tahun 2017. Skripsi. 2018;1–104.

Ngaisyah RD. Hubungan Sosial Ekonomi Dengan Kejadian Stunting pada Balita di Desa Kanigoro, Saptosari Gunung Kidul. J Med Respati. 2015;10(4):65–70.

Pusdatin. Situasi Balita Pendek (Stunting) di Indonesia [Internet]. 2018. Available from: https://pusdatin.kemkes.go.id/article/view/18102500001/situasi-balita-pendek-di-indonesia.html

Puskesmas Sumanda. Profil Unit Pelaksana Teknis Puskesmas Sumanda Kecamatan Pugung Tahun 2018. 2019.

Rahayu A, Yulidasari F, Putri AO, Rahman F. Riwayat Berat Badan Lahir dengan Kejadian Stunting pada Anak Usia Bawah Dua Tahun. Kesmas Natl Public Heal J. 2015;10(2):67.

Rahayu PP, Casnuri. Perbedaan Risiko Stunting Berdasarkan Jenis Kelamin. Semin Nas UNRIYO. 2020;135–9.

Ristanti, O dkk. Hubungan Antara Penyakit Tuberkulosis Paru (Tb Paru) dan BBLR dengan Kejadian Stunting pada Siswa Kelas 1 di SD Negeri Sambek Kecamatan Wonosobo. J Gizi dan Kesehat. 2015;7(15).

Ruaida N dan DSN. Hubungan Anemia Ibu Hamil dengan Kejadian Stunting Pada Anak Usia 6-24 Bulan di Kota Yogjakarta. Universitas Gadjah Mada; 2013.

Rufaida FD, Raharjo AM, Handoko A. The Correlation of Family and Household Factors on The Incidence of Stunting on Toddlers in Three Villages Sumberbaru Health Center Work Area of Jember. J Agromedicine Med Sci. 2020;6(1):1.

Setiawan E, Machmud R, Masrul M. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stunting pada Anak Usia 24-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Kecamatan Padang Timur Kota Padang Tahun 2018. J Kesehat Andalas. 2018;7(2):275.

Simbolon D. Pencegahan Stunting Melalui Intervensi Gizi Spesifik Pada Ibu Menyusui Anak Usia 0-24 Bulan. Surabaya: Media Sahabat Cendekia; 2019.

Soetjiningsih dan IG. N. G. Ranuh. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Edisi 2. EGC; 2014.

Syabandini, IP. dkk. Faktor Risiko Kejadian Stunting Pada Anak Usia 6-24 Bulan di Daerah Nelayan (Studi Case-Control di Kampung Tambak Lorok, Kecamatan Tanjung Mas, Kota Semarang. J Kesehat Masy. 2018;6(1):496–507.

ukmana E, Briawan D, Ekayanti I. Faktor Risiko pada Stunting pada Anak usia 6-24 Months in Bogor. J MKMI2. 2016;12(3):192–9.

UNICEF. UNICEF ’ S Approach To Scaling Up Nutrition. 2012.

Wawan DM. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika; 2010. 11–18 p.

WHO. Nutrition Landscape Information System (NLIS) Country Profile: Indicators Interpretation Guide [Internet]. Geneva, Switzerland.; 2010. Available from: https://apps.who.int/iris/handle/10665/44397

Downloads

Published

27-12-2023

How to Cite

Yuliana, R. (2023). Faktor Risiko Kejadian Stunting pada Anak Usia 12 – 60 Bulan. VJKM: Varians Jurnal Kesehatan Masyarakat, 1(1), 30–38. https://doi.org/10.63953/vjkm.v1i1.5